Minggu, 04 April 2010

Cara Membuat Kompos Sederhana

Berbekal sebuah komposter Biophosko type L yang dibeli di suatu Toko Alat Rumah Tangga seharga Rp 475.000,- lengkap dengan bahan olah sampahnya buat 2 minggu, di bilangan Jalan Otista Bandung aku mulai menyenangi pertamanan alias "gardening". Komposter ini terbuat dari bahan drum-plastik HDE ( jenis bahan yang kuat hingga alat ini konon kata penjaga tokonya dapat bertahan sekitar 10 tahun............entahlah namanya juga iklan), merupakan media buat olah sampah lho.
Mulailah aku minta si Bibi ikut memisahkan sampah sejak dapur dipisah kedalam tong sampah hijau khususnya buat sampah organik sisa-sisa pemakaian rumah tangga seperti : sisa nasi, kertas koran, tulang ikan, kulit buah-buahan, sisa potongan sayuran, dll).

Setelah mempelajari manual atau petunjuk penggunaaan alat, ternyata sederhana dan mudah buat kompos. Kapasitas Komposter Type L yang aku beli menurut pabrik pembuatnya mampu menampung 0,12 m3 sampah atau 30 kg katanya. Jadi fikirku bisa buat olah sampah dari tetangga juga dong...............................

Di bulan September aku mulai membuat kompos pertama kalinya. Pertama, aku siapkan sampah organik rumah dari tong hijau tadi (sisa makanan, potongan sayuran, kulit buah, sisa ikan dan daging ) yang sudah berukuran kecil-kecil (10-50 mm/ 5 cm). Membuatkompos berbahan sampah rumah tangga mudahnya karena sudah berukuran kecil sebagimana disarankan pembuat komposter ini. Ada bagian besar sampah pun, aku melakukan perajangan dan tidak terlalu repot karena berjumlah sedikit atau cukup dirajang dengan dicacah-cacah menggunakan pisau dapur atau alat perajang lainnya.




Kedua, setelah dianggap kecil, masukan sampah organik ukuran kecil kedalam wadah pencampuran seperti container plastik atau ditempatku disebut “jolang” atau ember. Saat sama, aku siapkan larutan mikroba Green Phoskko® sebagi suatu Compost -Activator. Caranya, ambil 6 sendok makan mikroba aktivator kompos - lalu aku tambah gula pasir 1 sendok makan atau kalu ada mestinya sih molases 1 sendok makan dan aku larutkan dalam air sebanyak 10 – 15 liter. kemudian aduk hingga merata dengan beberapa kali mengaduknya serta kemudian bisa langsung dicipratkan kepada tumpukan bahan atau sampah tadi secara perlahan, sedikit demi sedikit. Saat itu harusnya terlebih dahulu simpan 2-4 jam karena katanya akan lebih baik lagi mikroba nya ngak langsung bangun tidur langsung kerja barangkali.
Ketiga, kucampurkan penggembur (bulking agent) Green Phoskko® sebanyak 1-3 % bahan organik atau waktu itu sekitar 1 kg untuk 30 kg sampah organik (seukuran Komposter Type L ini yang penuh) dan kemudian aduk hingga merata.


Keempat, setelah diperkirakan terlarut secara merata dan cukup air (kalau tumpukan sampah organik dalam wadah tadi digenggam tidak menetes namun jika diperas masih ada airnya), masukan bahan kompos tadi kedalam Komposter. Pada hari ke 3 kemudian akan terjadi reaksi panas sampai 70 derajat Celcius, jika ada bisa diukur dengan menggunakan thermometer bagusnya. Pada saat terjadinya reaksi panas usahakan jangan membuka Komposter agar terjadi dekomposisi sempurna.

Kelima, pada hari ke 5-6, reaksi dekomposisi dalam Komposter akan selesai dan saat tersebut dapat ditambahkan lagi tambahan sampah organik yang telah disiapkan sebagaimana langkah 1 sampai 3 diatas. Atau, jika dianggap perlu, pada hari ke-7-9, jika diukur suhunya sudah dibawah 30 derajat C atau dianggap sudah dingin, dapat dikeluarkan atau dipanen bahan kompos dari dalam Komposter bagian bawah (yang terlebih dahulu matang) melalui pintu bagian bawah yang tersedia.


Oi, ternyata bahan kompos tersebut masih basah, lengket dan lembab sehingga perlu kita simpan di tempat teduh agar kena angin serta tutup dengan karung kemasan untuk diangin-anginkan. Maka beberapa hari kemudian (umumnya 3-5 hari) bahan kompos yang asalnya basah akan menjadi kering dan gembur. Lalu, jika untuk dijual, ayak hingga terpisahkaan antara butir kecil dengan bahan butir ukuran besar. Sebenarnya, kompos berukuran besar bisa ditumbuk atau digunakan bagi tanaman pekarangan.